Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Juni 2017

Hilang

Lama tak menulis 
membumbui kata dengan diksi
 mengikatnya dengan rima. 
Tidak ini bukan perihal sibuk atau apalah namanya. 

Aku selalu saja mencoba menulis
 setiap hari malah.
 Namun, 
tak satu pun yang utuh. 

 Aku seolah kehilangan diksi
 tak mampu meramu kata
sajak seperti membelakangiku
Entah mengapa  
membuat puisi untuknya itu begitu sulit 
--tak seperti gadis-gadis lain. 

Hanya mengingat tatap teduhnya
lengkungan bulan sabit di bibirnya
 atau 
pipinya yang merekah. 

Aku tak punya stok kata 
untuk menggambarkannya
 Tak cukup kata menjabarkan keelokannya.

Nona
 kau begitu indah.
 Kau yang tlah mencuri diksiku
 Jadi,
 bukan salahku bila tak pernah merayu.



Depok, 9 Maret 2017

Senin, 12 Juni 2017

Tau Malu

betapa kali pun

kau

abaikanku

betapa acap pun

luka menganga

sikapmu

dalam sepertiga malam

masih saja

ku sebut

namamu

entahlah

mungkin memang

rinduku

tak tau malu



Depok, 20 Mei 2017

rindu dan bodoh teramat dekat maknanya, meski berulang kali sebabkan luka, masih saja tiada lupa

Butuh

kau harus tau satu hal

aku

bukanlah tipikal teman yang baik

aku adalah orang

yang hanya menghubungi

seseorang

pabila

aku membbutuhkannya

aku takkan

repot-repot menghubnginya

saat aku tak membutuhkannya

aku bukanlah

orang yang suka basa-basi

jadi

seharussnya kau bisa

membaca

 mengapa

 aku selalu berusaha

menghubungimu


Depok, 19 Februari 2017


karna aku selalu merasa membutuhkanmu

Pertemuan

ku ucap syukur atas rahmat Tuhan

yang telah menciptakan kita

pada zaman yang sama

meski

mungkin Dia tidak menuliskan

namamu di Lauhul Mahfudz bersamaku

tapi

Ia telah

mengizinkan ku

untuk dapat menemukanu

Jumat, 10 Maret 2017

Mengerti

Aku takkan menyalahkanmu bila kau marah.
 Aku mengerti. 
Dari sikapku kala itu
 kau pasti menganggap ku acuh,
 abai dan tak memperdulikanmu.
 Karena memang aku memperlihatkan seperti itu.

 Kau tak perlu  tau,
 aku diam kan mu, 
bukan berarti aku membalas perbuatanmu.
 Hanya saja, 
aku memberimu ruang 
agar kau dapat bernafas lebih lega.

 Prasangka atas sikapmu 
membawaku pada kesimpulan 
'kau berasa sesak 
saat berada pada ruang  yang sama denganku'. 
yah, itu memang hanya 
perspektif sepihak saja. 

Kau tak tau.
 Dalam sejuta diamku,
 namamu slalu tak pernah alfa
 kuselipkan dalam doa 
yang ku panjatkan terhadap-Nya.


Depok, 26/02/2017

kau

Ku ucap syukur atas rahmat Tuhan

Ia tlah menciptakan kita pada zaman yang sama...

Meski mungkin Dia tak menuliskan namamu

di Lauhul Mahfudz bersamaku...

Tapi, Dia telah mengizinkanku

untuk dapat menemukanmu...


Depok, 04 Februari 2017

Rabu, 15 Februari 2017

bimbang

Aku selalu bilang "aku kehilangan diksi sejak aku mengenalmu"

sebab diksi ku tlah menjelma jadi engkau

ini bukan bohong, apalagi sekedear gombal

namun, kini diksiku kembali

dan melahirkan anak-pinak puisi

aku  tak tau harus merasa senang ataukah sedih

sebab ini perihal diammu




Depok, February 2017

Jumat, 30 Oktober 2015

Cahaya & Bayangan

Kita...
Layaknya cahaya dan bayangan...
Jika cahaya lemah, bayangan kan meredup...
Jika cahaya terang kuat, bayangan juga akan semakin pekat...
Tanpa cahaya, takkqn pernah ada yang namanya bayangan...
Begitlah aku dan kau...
Saat kau bahagia, aku kuay...
Saat kau sedih, aku lemah...
Jika kau tiada....
Aku bukan siapa7siapa...

Kamis, 29 Oktober 2015

Menjadi Taik


Kawan....
Kita itu layaknya makanan...
Mulut dan lambung adalah ujian (cobaan)...
Jika sukses, kita kan jadi energi bagi kehidupan...
Jika gagal, kau akan menjadi TAIK!!!
Menjadi taik membuatmu frustasi, putus asa...
Kau akan jadi seonggok taik tak berguna...
Tapi, kau harus tahu satu hal, kawan...
Menjadi taik tak seburuk itu...
Kau busa menjadi pupuk bagi kehidupan lain...
Kau masih bisa jadi energi bagi kehidupan lain...

Jika suatu saat kau menjadi taik...
Jangan pernah berputus asa...
Karna masih banyak hal bergantung pada seonggok taik...

Minggu, 15 Maret 2015

Gagal Bersembunyi

Sejauh apapun ku langkahkan kaki...
Berlari menjauhi mu...
Menghindarimu...
Seperti apapun aku menyibukkan diri...
Bergelumun dengan pekerjaan-pekerjaan...
Agar aku tak punya waktu tuk pikirkanmu...
Namun...
Wajahmu slalu terbayang...
Senyummu terlanjur terukir...
Aku slalu rindukanmu...
Aku...
...gagal bersembunyi...

Jumat, 30 Januari 2015

Pengagum Rahasia

Kau mungkin tak pernah melihatku...
Tapi aku slalu menatapmu dari kejauhan...
Tersenyum...
Tersipu...
Memalingkan wajah...
Saat matamu tak sengaja menatap ke arahku...
Kita mungkin tak pernah bicara...
Tapi aku bisa mendengarmu...
Menghirup aromamu...
Merasakan kehadiranmu...
Melalui angin yang bertiup...
Kau memang tak mengenalku...
Tapi aku mengetahui sedikit banyak hal tentangmu...
Tiap malam kutitipkan rindu...
Tapi tak pernah terbalaskan...
Bukan...
Bukan tak terbalaskan...
Tapi tak pernah tersampaikan...
Ku coba hadir dalam mimpimu...
Dan aku berhasil...
Bahkan dalam mimpi pun...
Kau tetap tak mengenaliku...
Aku hanya jadi pengagum rahasiamu...
Yah, aku hanya salah satu dari sekian pengagum rahasiamu...
Yang berharap, suatu saat akan tersampaikan...

Selasa, 06 Januari 2015

Rindu

Rindu itu adalah hak setiap orang...
Tiada seorang pun yang berhak untuk melarang...
Bahkan, sekali pun itu adalah orang yang dirindukan...
...ia tetap tak punya hak untuk melarang...

Rabu, 24 Desember 2014

Pengecut

Ingin kudengar suaramu...
Ingin ku dengar kabar darimu, akankah baik-baik saja...
Ingin kutanyakan banyak hal tentangmu...
Menanyakan hal ini...
Menanyakan hal itu...

Ku ambil ponselku...
Ku cari nomor kontakmu...
Tapi, mengapa...
Saatku temukan kontakmu...
Bukannya memencet tombol "call"
Aku malah tersipu...
Jantungku melantunkan irama yang keras...
Berdegup begitu kencang...
Aku terlalu gugup...
Terlalu kikuk...

Tak bisa kukuasai jemariku...
Jemari yang mungkin hanya seperseratus berat tubuhku...
Atau bahkan jauh lebih ringan dari itu...
Begitu berat...
Tak bisa kugerakkan...
Tiap hari melakukan hal yang sama...
Selalu...

Sebegitu pengecutkah aku???
Sebegitu pecundangnya kah diriku???
Sebegitu leemah kah diriku???
Kemanakah perginya diriku yang kuat, yang berani itu???
Aku muak dengan ketidak berdayaan ini...

Maaf membuatmu menunggumu lebih lama lagi...
Maaf jika aku membuatmu merasa terabaikan...
Maafkan aku yang pengecut ini...
Maafkan aku yang begitu gugup dan kikuk ini...

Selasa, 23 Desember 2014

Akan Terus Berlari

Seseorang bertanya padaku
"Mengapa aku berlari"
Jawaban mudah,
Dengan berlari, tubuh akan meneteskan air...
Bingung, ia kembali bertanya
"Lalu sampai kapan kau akan terus berlari??"
Aku akan terus berlari...
...hingga tiada lagi air yang bisa kuteteskan
Untuk menangisi kepergiannya...
Menangisi kesalahanku yang telah membuatnya menjauh..
Ya, aku akan terus berlari...
Hingga tiada lagi yang bisa kuteteskan...

Senin, 01 Desember 2014

Tangis di Kala Takbir



Takbir berkumandang
Allahu akbar.. Allahu Akbar..
Gema memecah sunyi pagi yg sepi
tetes demi tetes air mata membasahi pipi
kenapa??
Mengapa??
Harukah?? Sedihkah??
Aku memilih opsi ke-2
untuk kesekian kalinya,
ya kesekian kali aku tak bisa lebaran bareng keluarga,
tak bisa meminta maaf secara langsung
tak bisa bersua dengan keluarga
tak bisa memeluk mereka,
tak bisa rasakan hangatnya tangan mereka,


hanya bertemankan sepi

TERTAWA

Aku ingin tertawa
terbahak-bahak sampai ngakak
tapi, kenapa aku harus tertawa??
Apa yg kuketawai??
Ah, tau lah siapa hak, larang-larang aku
yang penting, aku tertawa

LEMAH

Aku melihatnya berjalan diderasnya hujan...
Dengan langkah cepat lagi mantap... 
ia berjalan menembus derasnya tetesan hujan...
Tanpa mempedulikan apa yang akan terjai pada tubuhnya nanti...

Ingin sekali ku menyapanya..
meneriaki nama indahnya...
Tuk sekedar mengajaknya berteduh.
Tapi, entah mengapa,
lidahku membisu,
tak bisa kugerakkan,
meski hanya sekedar menyapanya...

Hingga saat ini pun,
aku belum sanggup tuk menyapanya..
Aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan...
Memalingkan wajah,
saat kedua pasang mata saling bertemu...

Biarkan Hujan

kau bilang kau suka hujan...
karna hujan mampu samarkan tangismu...
tapi mengapa saat hujan itu datang menghampiri...
kau malah berteduh, bersembunyikan payung...

mengapa tak kau biarkan saja hujan membasahi tubuhmu...

biarkan ia membasuh air matamu...
biarkan ia membawa pergi luka hatimu...
menyapu bersih kegundahanmu...

Minggu, 26 Oktober 2014

MAAF

mau cerita dikit nih, vrohh. sedih banget pokoknya buat gue yang pertama kali lebaran ga bareng keluarga. sebab musababnya sih karna kampung halaman yang jayh di Padang plus lagi kuliah. sebenernya bukan yang pertama sih, yang ketiga. tapi, ga tau kenapa,  yang kali ini berasa banget sedihnya. air telinga gue sampe netes, eh maksudnya air mata. 

tiap denger kumandang takbir rasanya makin perih aja, nyesek banget. selalu kebayang keluarga dirumah, ga bisa minta maaf secara langsung, cuma via suara. gue pernah baca nasehat bijak bahwa "inspirasi gemilang akan lahir saaat kita bersedih". jadi, gue ambil kertas ama pulpen dan mulai corat-coret. tiap kali pulpen bersentuhan dengan kertas, tiap sentuhannya itu pulalah gue pengen nangis sejadi-jadinya. 

yak, sekalian dulu curhatannya, coba deh baca puisi dibawah, gue cuma bisa lampiasin tangis gue lewat secarik kertas yang berbait-bait puisi...


Mak, maafkan anak durhakamu ini
sejak dalam kandungan aku tlah sangat berdosa padamu,
aku sering menendang2 perutmu,
ku tau itu pasti sakit,
tapi kau malah senang, kau malah tersenyum riang,
kau sangat bangga setiap kali aku menendang perutmu,
saat melahirkanku pun kau sangat, sangat2 kesakitan, menderita, bagaikan bumi menghimpitmu,
tapi kau lebih bahagia lagi saat mendengar tangisan pertamaku,
senyumanmu begitu hangat, walau kau sudah hampir tak sadarkan diri,
kau malah menangis, menangis penuh haru karna tlah melahirkanku ke dunia ini.
Pertama kali ku merangkak, berjaln,
kau tampak senang bercampur khawatir,
kau slalu terjaga dimalam hari,karna egoku membangunkanmu, jikalau saja saat itu aku bisa menahan laparku, hausku, dan buang air,
kau tak perlu terjaga ditengah malam,
kau hampir tak pernah tidur setiap malam karna ke egoisanku..
Saat pertama kali ku memanggilmu 'ama', kau tampak sangat bahagia,
padahal saat itu kuyakin, aku tak begitu mengerti tentang kata yg ku ucapkan itu..
Saat ku mulai masuk sekolah,
tiap pagi kau slalu menyiapkan bekal untukku,
saat hari kelulusanku pun,
kau adalah orang yg paling cemas,
bukan cemas kalau aku tak lulus, tapi mencemaskan mentalku jika aku tak lulus,
sampai saat ini pun aku slalu membuatmu khawatir,
aku selalu membuatmu cemas,,
untuk saudara2ku, kakak2ku,
kalian sangat2 melindungiku,
sangat2 berkorban untukku,
adik kalian ini juga sangat2 berdosa pada kalian,
selalu dan selalu menyusahkan kalian,
selalu dan selalu membuat kalian khawatir,
sering kali kalian dimarahi karna ku,
sering kali kalian terlibat masalah karna kesalahanku,
tapi, kalian slalu sayang padaku, pada adik yg durhaka ini
ama, kakak,
maafkan aku,
bahkan saat aku mendemgar suara takbir malam ini,
aku tak bisa meminta maaf secara langsung pda kalian semua,
maafkan anak dan adik durhaka ini,
maafkan karna aku slaku lalai terhadap kalian,
maaf aku slalu membuat kalian khawatir,
maaf karna kalian berkorban terlalu banyak untukku
maaf