TEORI
ORGANISASI NEOKLASIK
Teori neoklasik dikembangkan atas
dasar teori klasik. Teori neoklasik mengubah, menambah, dan dalam banyak hal
memperluas teori klasik. Teori neokklasik menekankan aspek psikologis dan
sosial karyawan sebagai individu maupun kelompok. Berbeda dengan teori klasik
yang menekankan pada struktur, tata tertib, organisasi formal, faktor-faktor
ekonomi dan rasionalitas tujuan.
PERKEMBANGAN TEORI
NEOKLASIK
Teori neoklsik muncul dan
“mengusulkan” perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya
ilmu ttentang prilaku manusia. Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis
organisasi informal, dan pengarihnya pada organisasi formal. Perkembangan teori
neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di
Hawthorne dan tulisan Hugo Munsterberg.
A. HUGO MUNSTERBERG
Selain melalui bukunya “Psychology
and Industrial Efficiency” yang menjembatani perkembangan teori neoklasik, Hugo
Munsterberg juga mengembangkan metode-metode tes psikologis ilmiah untuk
mencari karakteristikk fisik dan mental individu yang cocok dengan kebutuhan
suatu jabatan. Munsterberg menekaknkan adanya pengaruh faktor-faktor sosial dan
bidaya tehadap organisasi.
B. PERCOBAAN-PERCOBAAN
HAWTHORNE
Percobaan dimulai tahun 1924 di pabrik
Hawthorne milik perusahaan Western Electric di Dicero, dekat Chicago. Percobaan
pertama dilakukan untuk meneliti pengaruh perbadaan tingkat penerangan dalam
pekerjaan terhadap produktivitas kerja atau efisiensi para karyawan. Naiknya tingkat penerangan menaikkan tingkat
produktivitas kerja. Namun pada kelompok kerja yang diawasi meskipun tanpa
menaikkan pencahayaan juga mengalami kenaikan produktivitas. Percobaan pertama
ini menunjukkan bahwa disamping kondisi kerja fisik, ada hal lain yang dapat
mempengaruhi prilaku karyawan.
Percobaan kedua dimulai April 1927
ini melibatkan kelompok kecil pekerja, yang terdiri dari enam orang gadis
pekerja pada perakitan listrk. Para pelaksana riset memisahkan keenam gadis itu
dari para pekerja lainnya, mereka diperkerjakan pada suatu ruangan khusus.
Perubahan dilakukan secara periodik, istirahat, jam makan siang, jam kerja dan
sebagainya ditambah dan dikurangi secara periodik. Dan ternyata produktivitas
kerja tetap naik. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa hhubungan sosial manusia
di antara paara pekerja, peneliti dan penyelia lebih penting dalam menentukan produktivitas,
moral pekerja yang tinggi akan menaikkan produktivitas kerja. Dorongan akan efisiensi harus ditopang oleh
pemahamamn akan faktor manusiawi dalam kerja.
Percobaan terkahir dilakukan pada
Novenber 1931, tujuannya untuk lebih
memahami bagaimana norma-norma yang mengendalikan hasil kerja setiap organisasi
dikembangkan oleh kelolmpok sosial para pekerja atau organisasi informal.
Percooaan-percobaan Hawthorne
menunjuukkan bahwa kegiatan kelompok kerja yang bersatu padu sangat berpengaruh
terhadap opersi organisasi.
KRITIK DAN ‘USUL’
PERUBAHAN NEOKLASIK PADA TIANG DASAR ORGANISASI FORMAL
Pengikut teori neoklasik membahahs
kelamahn teori klasik namun tidak menentang.
Kritik dan perubahaan yang ‘diususlkan’ teori organisasi neoklasik
adalah sebagai berikut :
1. PEMBAGIAN KERJA
(DIVISIOO OF LABOR)
Sejak pembagian kerja dilakukan,
timbul masalah yang disebut anomie. Anomie adalah situasi dimana tidak adanya
pedoman kerja. Disamping itu orang menjadi bingung, takut bertanya dan merasa
diabaikan. Ini mengakin=batkan timbulnya gejala depresionalisasi dan
disfungtion, hingga orang tidak lagi kooperatif. Dan akibat adanyna pembagian
kerja adalah spesialisasi yang mengakibatkan orang terpecah belah, merasa
cemburu dengan ranng lain dan sebagainya. Teori neoklasik mengemukakan bahwa
perlunya :
1.
Partisipasi
setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar merassa ‘terlibat’ dengan
pekerjaannya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2.
Perluasan
kerja, sebagai kebalikan dari spesialisasi, agar orang menjadi tidak terlalu
spesialis, tetapi dapat memperluas keahlian dibidang lain.
3.
Manajemen
‘bottom up’ yang memberikan kesempatan pada ‘para junior’ untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
manajemen puncak.
2. PROSES-PROSES SKALAR DAN
FUNGSIONAL
Proses skalar dan fungsional
menimbulkan masalah dalam pendegalasian wewenang dan tangung jawab. Teori
klasik mengannggap bahwa wewenang cenderung sama dengan kapasitas ynag
ditunnhjukkan oleh fungsi-fungsi dalam organisasi. Menurut neoklasik proses skalar dan fungsional ini
adalah benar secara teotistik, namun dalam prakteknya cenderung memburuk. Neoklasik
menyatakan bahwa, kapasitass dan kekuasaan tak dapat dikompensasikan, karena
bukan merupakan satu-saatunya hubungan, ada faktor-faktor lain yang erlu
diperhatikan terutama hasil kegiatan “kaki-tangan manusia”.
3. STRUKTUR ORGANISASI
Teori neoklasik menyatakan bahwa
struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran internal diantara
orang-orang yang melaksanakan funsi yang berbeda-beda, biasanya terjadi antara ini
dan staf. Memnurut Melville Dalton penyebabnya adalah :
1.
Perbedaan
tugas antara orang lini dan staf, orang lini lebih teknis dan generalis
sedangkan orang staf spesialis.
2.
Perbedaan
umur dan pendidikan, orang staf lebbih muda tapi lebih berpendidikan.
3.
Perbedaan
sikap, staf harus membuktikan eksistensiny adan merassa selalu di baewah
perintah orang lini, namun orang lini curiga bahwa orang staf ingin memperluas
kekuasaannya.
4. RENTANG KENDALI
Menurut neoklasik penentuan rantang
kendali sangat bergantung pada perbedaan individu dalam kemampuana
manajemennya, tipe orangnya, efektivitas komunikasi, fungsi pengawasan formal,
serta derajat sentralisasi. Nenoklasik menawarkan pengawasan bebas demokratis,
sedang klasik memilih pengawassan ketat.
PANDANGAN NEOKLASIK
TERHADAP ORGANISASI INFORMAL
Titik tekanan teorii neoklasik
adalah dua elemen pokok dalam organisasi yaitu prilaku individu dan kelompok
kerja. Standar dan norma-norma kelompok informal dapat menyebabkan tidak jalannya
kebijaksanaan organisasi fformal. Usaaha yang harus dilakukan manajer adalah mengembangkan
suatu hubungan kerja sama dengan organisasi informal. Faktor-faktor yang dapat
menentukan munculnya organisasi informal :
1.
Lokasi,
untuk membentuk suaatu kelompok, harus
mempunyai tatap muka yang ajeg
2. Jenis
pekerjaan, manusia yang mempunyai pekerjaan yang sama cenderung membentuk
kelompok bersama.
3. Minat,
perbedaan minat antara orang di organisasi akan menjelaskan alasan munculnya
beberapa organisasi informal.
4.
Masalah-masalah
khusus
Teori
Organisasi Modern
Aliran
besar ketiga dalam teori organisasi dam manajemen adalah teori
modern atau disebut juga analisa system pada organisasi. Teori modern melihat
semua unsure sebagai satu kesatuan. Teori modern mengemukakan bahwa organisasi
bukanlah suatu system tertutup yang berkaitan erat dengan lingkungan yang
stabil tetapi organisasi adalah suatusistem terbuka yang harus menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungannya.
Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern
Teori
organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950. Teori modern
dengan tekanan pada perpaduan (synthesis) dan perancangan (design), menyediakan
pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
Teori
modern biasa disebut sebagai teori organisasi dan manajemen umum yang memadukan
teori klasik dan neoklasik dengan konsep-konsep yang lebih maju. Ini dilakukan
dengan memandang organisasi sebagai suatu proses dinamis yang terjadi dengan
dan dalam hal-hal yang umum, dikendalikan oleh sruktur.
Teori
modern menyebutkan bahwa kerj suatu organisasi adalah sangat kompleks, dinamis,
multilevel, multidimensional, multi variable, dan probabilistic. Sebagai suatu
system, organisasi terdiri atas 3 (tiga) unsur ,yaitu :
1. Unsur
struktur yang bersifat makro
2. Unsur
proses yang juga bersifat makro
3. Unsur
perilaku anggota organisasi yang bersifat mikro.
Ketiga
unsur diatas saling kait-mengait dan sebenarnya tak terpisahkan satu sama lain.
Teori Sistem Umum
Teori system umum merupakan suatu
aspek analisis organisasi yang berusaha untuk menemukan kaidah-kaidah umum
organisasi yang berlaku universal. Tujuan teori system umum adalah penciptaan
suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan menggunakan
elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh system sebagai titk awal.
Ada
beberapa tingkatan system yang harus diintegrasikan. Kenneth Boulding
mengemukakan klasifikasi tingkat-tingkat system sebagai berikut :
1. Struktur
static
2. Sistem
dinamik sederhana
3. Sistem
sibernetik
4. System
terbuka
5. System
genetika social
6. System
hewani
7. System
manusiawi
8. System
social
9. System
transdental
Konsep sistem ini menjadi dasar utama
analisa organisasi akan teori organisasi modern. Teori organisasi modern
mempunyai kesamaan dengan teori system umum dalam cara memandang organisasi
sebagai sesuatu yang terintegrasi.
Teori Organisasi dalam
Suatu Kerangka Sistem
Teori
organisasi modern adalah multidisipliner yang konsep-konsep dan
teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak bidang studi. Teori modern berusaha
untuk memberikan sintesa yang menyeluruh bagian-bagian yang berhubungan dengan
semua bidang studi tersebut untuk mengembangkan suatu teori organisasi yang
diterima umum. Hal ini sering disebut analisa system pada organisasi.
Factor-faktor
yang membedakan kualitas teori organisasi modern dengan teori-teori lainnya
adalah dasar konseptual – analitiknya, ketergantungannya pada data riset
empiric, dan di atas semuanya, sifat pemaduan dan pengintegrasikannya.
Kualiatas-kualitas ini merupakan kerangka filosofi yang diterima sebagai suatu
cara untuk mempelajari organisasi sebagai suatu system.
Materi lanjutan : klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar