Minggu, 18 Oktober 2015

TEORI ORGANISASI NEOKLASIK DAN MODERN

TEORI ORGANISASI NEOKLASIK

Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik mengubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori neokklasik menekankan aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu maupun kelompok. Berbeda dengan teori klasik yang menekankan pada struktur, tata tertib, organisasi formal, faktor-faktor ekonomi dan rasionalitas tujuan.

PERKEMBANGAN TEORI NEOKLASIK
            Teori neoklsik muncul dan “mengusulkan” perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu ttentang prilaku manusia. Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis organisasi informal, dan pengarihnya pada organisasi formal. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne dan tulisan Hugo Munsterberg.

A. HUGO MUNSTERBERG
            Selain melalui bukunya “Psychology and Industrial Efficiency” yang menjembatani perkembangan teori neoklasik, Hugo Munsterberg juga mengembangkan metode-metode tes psikologis ilmiah untuk mencari karakteristikk fisik dan mental individu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Munsterberg menekaknkan adanya pengaruh faktor-faktor sosial dan bidaya tehadap organisasi.

B. PERCOBAAN-PERCOBAAN HAWTHORNE
            Percobaan dimulai tahun 1924 di pabrik Hawthorne milik perusahaan Western Electric di Dicero, dekat Chicago. Percobaan pertama dilakukan untuk meneliti pengaruh perbadaan tingkat penerangan dalam pekerjaan terhadap produktivitas kerja atau efisiensi para karyawan.  Naiknya tingkat penerangan menaikkan tingkat produktivitas kerja. Namun pada kelompok kerja yang diawasi meskipun tanpa menaikkan pencahayaan juga mengalami kenaikan produktivitas. Percobaan pertama ini menunjukkan bahwa disamping kondisi kerja fisik, ada hal lain yang dapat mempengaruhi prilaku karyawan.
            Percobaan kedua dimulai April 1927 ini melibatkan kelompok kecil pekerja, yang terdiri dari enam orang gadis pekerja pada perakitan listrk. Para pelaksana riset memisahkan keenam gadis itu dari para pekerja lainnya, mereka diperkerjakan pada suatu ruangan khusus. Perubahan dilakukan secara periodik, istirahat, jam makan siang, jam kerja dan sebagainya ditambah dan dikurangi secara periodik. Dan ternyata produktivitas kerja tetap naik. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa hhubungan sosial manusia di antara paara pekerja, peneliti dan penyelia lebih penting dalam menentukan produktivitas, moral pekerja yang tinggi akan menaikkan produktivitas kerja.  Dorongan akan efisiensi harus ditopang oleh pemahamamn akan faktor manusiawi dalam kerja.
            Percobaan terkahir dilakukan pada Novenber  1931, tujuannya untuk lebih memahami bagaimana norma-norma yang mengendalikan hasil kerja setiap organisasi dikembangkan oleh kelolmpok sosial para pekerja atau organisasi informal.
            Percooaan-percobaan Hawthorne menunjuukkan bahwa kegiatan kelompok kerja yang bersatu padu sangat berpengaruh terhadap opersi organisasi.

KRITIK DAN ‘USUL’ PERUBAHAN NEOKLASIK PADA TIANG DASAR ORGANISASI FORMAL
            Pengikut teori neoklasik membahahs kelamahn teori klasik namun tidak menentang.  Kritik dan perubahaan yang ‘diususlkan’ teori organisasi neoklasik adalah sebagai berikut :

1. PEMBAGIAN KERJA (DIVISIOO OF LABOR)
            Sejak pembagian kerja dilakukan, timbul masalah yang disebut anomie. Anomie adalah situasi dimana tidak adanya pedoman kerja. Disamping itu orang menjadi bingung, takut bertanya dan merasa diabaikan. Ini mengakin=batkan timbulnya gejala depresionalisasi dan disfungtion, hingga orang tidak lagi kooperatif. Dan akibat adanyna pembagian kerja adalah spesialisasi yang mengakibatkan orang terpecah belah, merasa cemburu dengan ranng lain dan sebagainya. Teori neoklasik mengemukakan bahwa perlunya :
1.        Partisipasi setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar merassa ‘terlibat’ dengan pekerjaannya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2.        Perluasan kerja, sebagai kebalikan dari spesialisasi, agar orang menjadi tidak terlalu spesialis, tetapi dapat memperluas keahlian dibidang lain.
3.        Manajemen ‘bottom up’ yang memberikan kesempatan pada ‘para junior’ untuk  berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.

2. PROSES-PROSES SKALAR DAN FUNGSIONAL
            Proses skalar dan fungsional menimbulkan masalah dalam pendegalasian wewenang dan tangung jawab. Teori klasik mengannggap bahwa wewenang cenderung sama dengan kapasitas ynag ditunnhjukkan oleh fungsi-fungsi dalam organisasi. Menurut  neoklasik proses skalar dan fungsional ini adalah benar secara teotistik, namun dalam prakteknya cenderung memburuk. Neoklasik menyatakan bahwa, kapasitass dan kekuasaan tak dapat dikompensasikan, karena bukan merupakan satu-saatunya hubungan, ada faktor-faktor lain yang erlu diperhatikan terutama hasil kegiatan “kaki-tangan manusia”.

3. STRUKTUR ORGANISASI
            Teori neoklasik menyatakan bahwa struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran internal diantara orang-orang yang melaksanakan funsi yang berbeda-beda, biasanya terjadi antara ini dan staf. Memnurut Melville Dalton penyebabnya adalah :
1.        Perbedaan tugas antara orang lini dan staf, orang lini lebih teknis dan generalis sedangkan orang staf spesialis.
2.        Perbedaan umur dan pendidikan, orang staf lebbih muda tapi lebih berpendidikan.
3.        Perbedaan sikap, staf harus membuktikan eksistensiny adan merassa selalu di baewah perintah orang lini, namun orang lini curiga bahwa orang staf ingin memperluas kekuasaannya.

4. RENTANG KENDALI
            Menurut neoklasik penentuan rantang kendali sangat bergantung pada perbedaan individu dalam kemampuana manajemennya, tipe orangnya, efektivitas komunikasi, fungsi pengawasan formal, serta derajat sentralisasi. Nenoklasik menawarkan pengawasan bebas demokratis, sedang klasik memilih pengawassan ketat.


PANDANGAN NEOKLASIK TERHADAP ORGANISASI INFORMAL
            Titik tekanan teorii neoklasik adalah dua elemen pokok dalam organisasi yaitu prilaku individu dan kelompok kerja. Standar dan norma-norma kelompok informal dapat menyebabkan tidak jalannya kebijaksanaan organisasi fformal. Usaaha yang harus dilakukan manajer adalah mengembangkan suatu hubungan kerja sama dengan organisasi informal. Faktor-faktor yang dapat menentukan munculnya organisasi informal :
1.        Lokasi, untuk membentuk  suaatu kelompok, harus mempunyai tatap muka yang ajeg
2.   Jenis pekerjaan, manusia yang mempunyai pekerjaan yang sama cenderung membentuk kelompok bersama.
3.    Minat, perbedaan minat antara orang di organisasi akan menjelaskan alasan munculnya beberapa organisasi informal.
4.        Masalah-masalah khusus

Teori Organisasi Modern

            Aliran besar  ketiga dalam teori organisasi dam manajemen adalah teori modern atau disebut juga analisa system pada organisasi. Teori modern melihat semua unsure sebagai satu kesatuan. Teori modern mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu system tertutup yang berkaitan erat dengan lingkungan yang stabil tetapi organisasi adalah suatusistem terbuka yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungannya.

Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern
            Teori organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950. Teori modern dengan tekanan pada perpaduan (synthesis) dan perancangan (design), menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
            Teori modern biasa disebut sebagai teori organisasi dan manajemen umum yang memadukan teori klasik dan neoklasik dengan konsep-konsep yang lebih maju. Ini dilakukan dengan memandang organisasi sebagai suatu proses dinamis yang terjadi dengan dan dalam hal-hal yang umum, dikendalikan oleh sruktur.
            Teori modern menyebutkan bahwa kerj suatu organisasi adalah sangat kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional, multi variable, dan probabilistic. Sebagai suatu system, organisasi terdiri atas 3 (tiga) unsur ,yaitu :
1.      Unsur struktur yang bersifat makro
2.      Unsur proses yang juga bersifat makro
3.      Unsur perilaku anggota organisasi yang bersifat mikro.
Ketiga unsur diatas saling kait-mengait dan sebenarnya tak terpisahkan satu sama lain.

Teori Sistem Umum
            Teori system umum merupakan suatu aspek analisis organisasi yang berusaha untuk menemukan kaidah-kaidah umum organisasi yang berlaku universal. Tujuan teori system umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh system sebagai titk awal.
            Ada beberapa tingkatan system yang harus diintegrasikan. Kenneth Boulding mengemukakan klasifikasi tingkat-tingkat system sebagai berikut :
1.      Struktur static
2.      Sistem dinamik sederhana
3.      Sistem sibernetik
4.      System terbuka
5.      System genetika social
6.      System hewani
7.      System manusiawi
8.      System social
9.      System transdental
Konsep sistem ini menjadi dasar utama analisa organisasi akan teori organisasi modern. Teori organisasi modern mempunyai kesamaan dengan teori system umum dalam cara memandang organisasi sebagai sesuatu yang terintegrasi.

Teori Organisasi dalam Suatu Kerangka Sistem
            Teori organisasi modern adalah multidisipliner yang konsep-konsep dan teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak bidang studi. Teori modern berusaha untuk memberikan sintesa yang menyeluruh bagian-bagian yang berhubungan dengan semua bidang studi tersebut untuk mengembangkan suatu teori organisasi yang diterima umum. Hal ini sering disebut analisa system pada organisasi.
            Factor-faktor yang membedakan kualitas teori organisasi modern dengan teori-teori lainnya adalah dasar konseptual – analitiknya, ketergantungannya pada data riset empiric, dan di atas semuanya, sifat pemaduan dan pengintegrasikannya. Kualiatas-kualitas ini merupakan kerangka filosofi yang diterima sebagai suatu cara untuk mempelajari organisasi sebagai suatu system.


sumber : Buku Perncanaan & Organisasi Perusahaan oleh Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com

Materi lanjutan : klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar